Selasa, 14 Agustus 2012

Selamat Pagi Kotaku

Aku dilahirkan di kota,
di bangsal rumah sakit tua . .
Rumahku sebaya umur kakekku
berdinding batu separuh bambu . . 

Dan aku coba mengerti, 
walau aku sering memaki . .
Tingkah-tingkuh kotaku yang panas, 
 berbaur debu dan keringat di badanku . . 

Orang bilang kotaku kejam, tak beda usia tak beda warna . .
Bagai tangan hitam cengkeram, tubuh-tubuh tergolek disana . .
Dulu aku tak perduli, walau aku sering kerutkan dahi . .
Detak jantung berpacu dengan nafsu, sering terlihat nyata di depanku . . 

Suatu ketika ku berkhayal, hidup ini bersinar merata . .
Tapi lamunanku buyar, oleh mimik seorang bocah . .
Gelandangan kecil berdiri, dengan rasa ingin memiliki . .
Sepotong roti di toko yang bersih, dan berjendela kaca . .
Ku lihat seorang perempuan baya, dengan orok di pangkuannya . .
Larut malam di kaki lima menunggu warung kopi miliknya . .
Tak berdinding beratap rumbia, menempel di emper toko megah
Esok ’pabila mentari tiba ku tak tahu ia dimana . .
Kepincangan demi kepincangan, tak membuat aku jera
Kehidupan yang keras ini akan kuhadapi jua . .
Tanpa terasa aku tengadah kepada-Nya aku meminta
Kotaku kan tegar berdiri bukan hanya untuk satu generasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar