Aku dilahirkan di kota,
di bangsal rumah sakit tua . .
Rumahku sebaya umur kakekku
berdinding batu separuh bambu . .
di bangsal rumah sakit tua . .
Rumahku sebaya umur kakekku
berdinding batu separuh bambu . .
Dan aku coba mengerti,
walau aku sering memaki . .
Tingkah-tingkuh kotaku yang panas,
Tingkah-tingkuh kotaku yang panas,
berbaur debu dan keringat di badanku . .
Orang bilang kotaku kejam, tak beda usia tak beda warna . .
Bagai tangan hitam cengkeram, tubuh-tubuh tergolek disana . .
Dulu aku tak perduli, walau aku sering kerutkan dahi . .
Detak jantung berpacu dengan nafsu, sering terlihat nyata di depanku . .
Suatu ketika ku berkhayal, hidup ini bersinar merata . .
Tapi lamunanku buyar, oleh mimik seorang bocah . .
Gelandangan kecil berdiri, dengan rasa ingin memiliki . .
Sepotong roti di toko yang bersih, dan berjendela kaca . .
Tapi lamunanku buyar, oleh mimik seorang bocah . .
Gelandangan kecil berdiri, dengan rasa ingin memiliki . .
Sepotong roti di toko yang bersih, dan berjendela kaca . .
Ku lihat seorang perempuan baya, dengan orok di pangkuannya . .
Larut malam di kaki lima menunggu warung kopi miliknya . .
Tak berdinding beratap rumbia, menempel di emper toko megah
Esok ’pabila mentari tiba ku tak tahu ia dimana . .
Larut malam di kaki lima menunggu warung kopi miliknya . .
Tak berdinding beratap rumbia, menempel di emper toko megah
Esok ’pabila mentari tiba ku tak tahu ia dimana . .
Kepincangan demi kepincangan, tak membuat aku jera
Kehidupan yang keras ini akan kuhadapi jua . .
Tanpa terasa aku tengadah kepada-Nya aku meminta
Kotaku kan tegar berdiri bukan hanya untuk satu generasi
Kehidupan yang keras ini akan kuhadapi jua . .
Tanpa terasa aku tengadah kepada-Nya aku meminta
Kotaku kan tegar berdiri bukan hanya untuk satu generasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar